Gampang membuat jurnal penyesuaian dan memahaminya dengan cepat

Kita akan bahas mengenai jurnal penyesuaian yang menjadi tantangan pertama yang biasa dihadapi di Jurusan Akuntansi tanpa harus menghafal. 

Artikel kita kali ini kita akan membahas mengenai Jurnal Penyesuaian mulai dari konsep, jenis, hingga contohnya sehingga kalian bisa mengerti mengenai jurnal penyesuaian tanpa harus menghafal. 

Untuk memulai ini hal pertama yang harus kalian mengerti adalah mengapa jurnal penyesuaian atau adjustment entries ini harus ada. 


Nah, kenapa harus ada jurnal penyesuaian? Faktor Utama kenapa jurnal penyesuaian ini harus ada ini karena konsep matching principle.

Jika kalian ingin tahu apa itu konsep matching principle kalian bisa baca 3 prinsip utama dalam akuntansi.

Pada dasarnya pada saat kita akan membuat laporan keuangan sebenarnya yang kita lakukan adalah memotong aliran informasi dan sesuai dengan konsep matching principle kita harus menyesuaikan sedemikian rupa sehingga pendapatan yang diakui di periode tersebut harus sebanding, atau sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. 

Seandainya kita ingin membuat laporan keuangan untuk periode tahun 2021 mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2021.

Maka menurut matching principle pendapatan dan biaya yang dilaporkan harus betul-betul berada di periode ini. 

Nah, pada kenyataannya ada transaksi-transaksi yang tidak selesai persis di rentang ini. 

Contohnya jika kalian ngontrak tempat untuk 5 tahun. 

Transaksi ini baru genap selesai menjadi biaya sewa seluruhnya setelah 5 tahun nah, karena kita hanya mau buat laporan keuangan untuk 1 tahun saja maka biaya sewa ini harus disesuaikan.

Contoh lain misalnya perusahaan-perusahaan tertentu ada yang memiliki sumber penghasilan berupa subscription atau membership katakanlah tempat gym.

Ketika ada orang bergabung menjadi member gym di bulan Juni selama 1 tahun misalnya.

Nah di tanggal 31 Desember membership mereka belum berakhir sementara kita sudah harus membuat laporan keuangan maka pendapatan dari membership ini harus disesuaikan juga. 

Contoh lain lagi misalnya perusahaan yang membayar gaji karyawannya setiap tanggal 3 di awal bulan. 

Di bulan Desember 2021 mereka sudah kerja sebulan tapi baru terima gaji di tanggal 3 Januari tahun depan. 

Nah biaya gaji ini harus disesuaikan juga. 

Jadi… pada dasarnya yang dilakukan di Jurnal Penyesuaian adalah memotong aliran informasi. 

Sehingga Pendapatan dan biaya yang dilaporkan betul-betul merupakan gambaran selama 1 periode. 

Ini kenapa diperlukannya jurnal penyesuaian di akhir periode akuntansi. 

Nah sekarang, transaksi apa saja yang biasa perlu disesuaikan? Secara umum ada 5 jenis jurnal penyesuaian. 

Yang pertama adalah Accrued Revenue atau pendapatan yang belum bisa dibayar atau ditagih. 

Misalnya, Ada sebuah perusahaan konsultan untuk implementasi project sistem informasi di suatu perusahaan. 

Konsultan ini sepakat akan dibayar setelah project ini 100% selesai. 

Katakanlah nilai project nya Rp 100jt dan baru bisa selesai selama 2 bulan. 

Lalu, proyek ini berjalan dan ketika sudah lewat 1 bulan konsultan tersebut inginmembuat laporan keuangan. 

Selama 1 bulan diestimasi proyek sudah selesai sebesar 50% namun belum bisa ditagih atau dibayar.

Jika kita memahami konsep matching principle Ketika usaha sudah dilakukan tentunya kita boleh mengakui pendapatan. 

Jika proyek ini sudah dikerjakan sebesar 50% selama 1 bulan maka pendapatan boleh-boleh saja diakui sebanyak 50% di bulan pertama ini. 

Dan di saat bersamaan biar belum bisa ditagih tapi sesungguhnya perusahaan sudah punya sumber daya berupa potensi tagihan yang bisa ditagihkan nanti Ketika proyek sudah beres 100%. 

Jadi, Perusahaan boleh mencatat potensi tagihan ini sebagai Accrued revenue di kategori Asset. 

Kalau mau dicatat dalam bentuk jurnal adalah Accrued Revenue didebit 50jt Revenue dikredit 50jt.

Nah, untuk bulan berikutnya hal yang sama juga bisa dilakukan.

Katakanlah di bulan kedua project sudah selesai 100%. 

Sesaat sebelum ditagih kita bisa jurnal sama seperti di bulan pertama dimana Accrued Revenue didebit 50jt lagi dan revenue dikredit 50jt lagi. 

Sehingga setelah berjalan 2 bulan dan sesaat sebelum ditagih Total Revenue selama 2 bulan menjadi 100jt dan Saldo Accrued Revenue menjadi 100jt. 

Nah, pada saat sudah bisa ditagih Accrued Revenue ini berubah jadi Piutang atau Account Receivable. 

Dan pada saat tagihan dibayar Piutang ini berubah menjadi kas Perusahaan. 

Nah, bagaimana menuangkan perubahan Accrued Revenue menjadi Account Receivable atau Cash ini dalam bentuk Jurnal? 

Di sini biasanya orang bingung pada saat belajar karena muncul jurnal dibalik-balik.

Sebenarnya penjelasannya

Di balance sheet, sesaat sebelum ditagih ada accrued revenue 100jt.

Nah, gimana cara ubah ini menjadi Account Receivable 100jt pada saat sudah bisa ditagih? 

Kalau mikir gampangnya ya tinggal hapus aja ganti jadi Account Receivable 100jt selesai! 

Ga perlu pake cara aneh-aneh. 

Ini bener kalau kasusnya kalian hanya buatlaporan keuangan cuma ditulis di kertas ga pake sistem atau software akuntansi yang buat kalian sendiri dan yang baca laporan keuangan cuman kalian sendiri. 

Suka-suka kalian aja gitu… 

Tapi, kalau kita udah bicara bikin laporan keuangan untuk perusahaan terlebih pakai software akuntansi ga bisa seperti itu. 

Di banyak software akuntansi biasanya ada feature closing book di mana ketika sudah di-closing kita tidak bisa mengubah-ubah lagi jurnal atau angka pada periode yang sudah di-closing tersebut. 

Nah gunanya buat apa? Ini gunanya supaya laporan yang sudah selesai diberikan dan dipergunakan angka nya gak dirubah-rubah lagi.

Bayangin kalau software akuntansi ini terintegrasi dan bisa digunakan oleh banyak orang divisi tagihan bisa pakai divisi accounting bisa pakai divisi pajak bisa pakai divisi marketing bisa pakai dan ga ada feature closing book. 

Lalu kalian buat laporan keuangan udah cape-cape nih buat sampe jadi udah dikasih laporan keuangannya ke bos eh... ga taunya, ada salah satu dari mereka yang ganti transaksi di periode sebelumnya sehingga angkanya atau akunnya jadi berubah.

Kalian harus cek siapa yang mengubah bagian mana yang diubah diupdate ke laporan sekarang eh… belum beres update-nya, udah ada yang robah lagi, Repot khan. 

Ini kenapa ada feature closing book di program-program atau software akuntansi. 

Dan kalau mau melakukan koreksi ada Teknik khusus, yaitu dibalik jurnalnya. 

Membalik jurnal ini secara substansi sama seperti menghapus transaksi sebelumnya. 

Bedanya cuman ada jejaknya dan tidak mengubah transaksi sebelumnya. 

Kita coba ya… Di akhir bulan kedua sebelum ditagih laporan keuangan menjadi seperti ini.

Ada Accrued Revenue 100jt. Pada saat ditagih kita harus menghapus Accrued Revenue 100jt ini dan menggantinya dengan Account Receivable 100jt. 

Karena kita ga boleh mengubah transaksi yang sudah dicatat kita hapus Accrued Revenue ini dengan cara dibalik atau dengan kata lain, Accrued Revenue ini dikredit 100jt. 

Dengan begini nilai Saldo Accrued Revenue menjadi nol atau seolah-olah dihapus nilainya. 

Lalu kita tuliskan Account Receivable sebesar 100jt dengan cara menjurnal Account Receivable didebit sebesar 100jt. 

Pada saat tagihan ini dibayar Account Receivable berubah menjadi Cash cara mengubahnya sama.

Kita hapus Account Receivable dengan cara membalik Account Receivable Account Receivable dikredit sebesar 100jt, Lalu kita munculkan Kas dengan menjurnal Cash didebit sebesar 100jt.

Kita lanjut ke tipe jurnal penyesuaian berikutnya yaitu Jurnal Penyesuaian Accrued Expense. 

Kalau kalian sudah mengerti Accrued Revenue untuk mengerti ini sangat mudah karena konsepnya sama bedanya yang tadi untuk pendapatan yang ini untuk biaya. 

Kalau Accrued Revenue diartikan pendapatan yang baru bisa ditagih nanti maka Accrued Expense adalah biaya yang dibayarnya nanti. 

Contoh paling sering perusahaan yang bayar gajian di awal bulan berikutnya. 

Misalnya baru bayar gaji setiap tanggal 3 di bulan berikutnya. 

Pada saat membuat laporan keuangan di akhir periode karyawan sudah bekerja full selama 1 bulan meski belum dibayar. 

Jika katakanlah gaji ini totalnya 20jt kita boleh mengakui Biaya Gaji di Income Statement sebesar 20jt dan karena di akhir periode ini gaji ini belum dibayar kita bisa mengakui Accrued Salary atau utang gaji di Liability sebesar 20jt. 

Kalau ditulis dalam bentuk jurnal maka Salary Expense didebit sebesar 20jt dan Accrued Salary dikredit sebesar 20jt.

Nah, di tanggal 3 bulan berikutnya kita baru membayar gaji ini sehingga di tanggal 3 kas berkurang sebesar 20jt dan nilai accrued salary ini menjadi nol. 

Jika ditulis dalam bentuk jurnal maka Accrued Salary didebit 20jt dan Cash dikredit 20jt.

Tipe jurnal penyesuaian selanjutnya adalah Deferred Revenue. 

Kalau Accrued Revenue merupakan pendapatan yang ditagih atau dibayar nanti Deferred Revenue ini kebalikannya. 

Dibayar dulu biar belum ngapa-ngapain atau baru perform nanti. 

Contohnya bisa Down Payment dari Customer, atau Jualan tiket konser. 

Tiket konser biasanya dijual beberapa bulan di depan sebelum mereka perform. Katakanlah tiket konser dijual 2 bulan sebelum pertunjukan dimulai dengan total nilai Rp 1 Milyar. 

Dalam 1 bulan ternyata tiket sudah sold-out semua. 

Di bulan pertama pada saat membuat laporan keuangan kita sudah terima uang sebesar 1 milyar tapi menurut matching principle kita belum bisa mengakui revenue karena belum ada usaha yang dilakukan. 

Jadi, seolah-olah kita terima uang dan punya utang untuk perform nanti utang untuk perform ini  disebut dengan Deferred Revenue. 

Maka di bulan pertama ini kita mengakui terima kas 1 milyar di Asset dan Deferred Revenue di liability sebesar 1 milyar. 

Atau kalau dalam bentuk jurnal ditulis Cash didebit 1 milyar dan Deferred Revenue dikredit 1 milyar. 

Pada saat nanti sudah perform Deferred Revenue ini baru bisa kita akui sebagai Revenue. Sama seperti cara sebelumnya untuk mengganti Deferred Revenue ini menjadi Revenue. tinggal kita balik sehingga Deferred Revenue didebit 1 milyar dan untuk mencatat Revenue Revenue dikredit 1 milyar.

Jenis transaksi yang perlu disesuaikan berikutnya adalah Prepaid Expense.

Ini juga konsepnya sama seperti Deferred Revenue kalau Deferred Revenue bicara tentang Pendapatan ini bicara tentang biaya.

Prepaid Expense bisa diartikan keluar uangnya lebih dulu dibiayakannya kemudian. 

Contoh paling sering untuk jenis ini adalah biaya sewa atau kontrakan. 

Kalau misalnya kita ngontrak tempat usaha  sebesar 200jt untuk 5 tahun pada saat kita keluar uang untuk membayar kontrakan ini kita belum bisa mengakui biaya karena belum dipergunakan tempatnya.

Jadi, seolah-olah kita memiliki Asset yang bisa dipergunakan nanti. 

Sehingga pada saat membayar sewa, kas berkurang 200jt dan di saat bersamaan kita punya Asset bernama Prepaid Rent sebesar 200jt. 

Kalau dalam bentuk jurnal, ditulis seperti ini Prepaid Rent didebit 200jt dan Kas dikredit 200jt. 

Selanjutnya Ketika perusahaan sudah berjalan 1 tahun berarti kita baru mempergunakan tempat tersebut selama 1 tahun dari 5 tahun kontrakan. 

Maka biaya sewa yang boleh diakui hanya 1 tahun. Atau dengan kata lain jika total kontrakan senilai 200jt maka hanya 40jt yang boleh kita akui sebagai biaya di tahun pertama. 

Sehingga setelah 1 tahun kita harus memindahkan nilai 40jt dari Prepaid Rent 200jt ini menjadi biaya. Prepaid Rent menjadi 160jt, dan Biaya Sewa menjadi 40jt.

Jika ditulis dalam bentuk jurnal untuk menjadikan Prepaid Rent menjadi 160jt maka Prepaid Rent dikredit 40jt dan untuk mengakui biaya sewa kita tulis Rent Expense didebit 40jt. 

Jenis transaksi terakhir yang biasanya perlu disesuaikan  adalah Depresiasi atau penyusutan. 

Secara garis besar, konsep depresiasi sama seperti sewa kontrak bedanya hanya metode pembiayaannya bermacam-macam dan biasanya tidak langsung dikurangkan dari nilai awalnya tapi dibuatkan akun terpisah di Neraca untuk mengakumulasi penyusutannya.

Kalau misalnya kita membeli mesin sebesar 100jt dan diestimasi bisa dipergunakan selama 10 tahun. 

Pada saat kita keluar uang sebesar 100jt kita belum bisa mengakui biaya penggunaan mesin ini karena memang belum digunakan sama sekali. 

Sehingga pada saat membeli mesin kas berkurang 100jt dan saat bersamaan kita memiliki mesin sebesar 100jt. 

Kalau dalam bentuk jurnal kita bisa tulis seperti ini guys Mesin didebit 100jt, dan Kas dikredit 100jt. 

Nah, selanjutnya Ketika mesin sudah dipergunakan selama 1 tahun dari 10 tahun masa manfaatnya kita boleh biayakan penggunaan mesin 1 tahun ini. Istilah pembiayaan Asset Jangka Panjang seperti mesin ini dikenal dengan istilah Depresiasi. 

Ada banyak metode atau cara penghitungan depresiasi Asset Jangka Panjang. 

Untuk mempermudah kita berasumsi penurunan nilai manfaat dari mesin ini sama rata setiap tahunnya.

Metode ini dikenal dengan metode garis lurus atau istilah kerennya Straight Line Method. 

Metode depresiasi beserta Analisa Asset Jangka Panjang akan saya bahas pada video terpisah nanti, guys.

Jika berasumsi penurunan nilai manfaatnya sama rata dari tahun ke tahun maka di akhir tahun pertama nilai mesin berkurang 10jt dari 100jt. 

Nilai ini boleh kita biayakan menjadi Biaya Depresiasi Mesin sebesar 10jt. 

Nah, bedanya dengan contoh soal sebelumnya mengenai kontrakan kalau kontrakan kita tinggal mengurangi nilai prepaid rent kalau kasus depresiasi kita tetap menuliskan nilai beli awalnya dan penurunan nilainya kita tuliskan terpisah yang dikenal dengan akumulasi penyusutan. 

Sehingga di Asset kita mengakui akumulasi penyusutan mesin sebesar 10jt.

Jika ditulis dalam bentuk jurnal maka jurnal penyesuaiannya menjadi seperti ini Biaya Depresiasi Mesin didebit 10jt dan Akumulasi Penyusutan Mesin dikredit 10jt

Sampai disini kita sudah membahas 5 jenis transaksi yang sering dilakukan penyesuaian.

Dan perlu kalian tau pada dasarnya penyesuaian dilakukan tidak hanya terbatas pada 5 transaksi ini. 

Penyesuaian dilakukan setiap kali ada koreksi-koreksi jurnal atau ada transaksi yang perlu kita pilah karena kita harus memotong aliran informasi pada saat membuat laporan keuangan. 

Semoga bermanfaat buat kalian. 

LihatTutupKomentar